Assalamu'alakum wr wb
Rosulullah Saw
bersabda “Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang
menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah
komandonya adalah sebaik-baik pasukan.” [H.R. Ahmad bin Hanbal Al-Musnad
4/335].
Muhammad Al
Fatih merupakan pemuda yang mampu mewujudkan salah satu bisyaroh nubuwah di atas. Kisah
perjuangannya mampu menjadi inspirasi bagi para pejuang tegaknya syariat Islam
dan khilafah dalam mewujudkan janji Allah dan bisyaroh nubuwah tersebut. Ada
beberapa ibroh yang bisa kita ambil dari kisah selama hidupnya.
Mental al Fatih sejak kecil
Sejak kecil
pada diri al Fatih sudah ditanamkan jiwa pemimpin terbaik, penakluk
Konstantinopel, anak yang kelak akan mewujudkan sebuah bisayroh nubuwah. Syaikh
Aaq Syamsudin, secara istiqomah mengajarkan dan mengulang-ulang bisyaroh
nubuwah, kisah jihad dan futuhat para shahabat dan pendahulu al Fatih yang
ingin menaklukkan Konstantinopel, serta yang terpenting adalah ketaatan
totalitas pada Sang Kholiq. Sejarah telah mencatat, bahwa semenjak baligh
hingga akhir hidupnya al Fatih tidak pernah meninggalkan shalat rowatib dan
sholat tahajud, selama hidupnya ia menjadikan syariat selalu didepan matanya
dan berusaha jangan sampai melanggar syariat Islam yang mulia ini.
Al Fatih
juga manusia, sama seperti kita yang juga berjuang dan berdakwah demi tegaknya
izzul Islam wal muslimin. Hanya mungkin kalau kita mau bertanya pada diri kita,
sudah sejauh mana upaya kita untuk dapat mewujudkan bisyaroh nubuwah tegaknya
kembali Daulah Khilafah ‘Alaa Minhajin Nubuwah. Jika hanya untuk menaklukkan
“sebuah kota” al Fatih sudah melakukan persiapan sejak dini dengan bermacam
aktivitas untuk mengasah kemampuannya dan amal ibadah untuk selalu dekat dengan
Allah, Bagaimana dengan kita yang memiliki cita-cita untuk menegakkan kembali
Daulah Khilafah ‘Alaa Minhajin Nubuwah?
Pemuda yang berani menasehati pemimpin
Pada saat usianya masih belia,
al Fatih sudah mendapatkan amanah untuk memimpin ibu kota Negara Khilafah
menggantikan ayahnya Sulthan Murad II yang pergi beruzlah untuk bertaqorub
kepada Allah. Ia laksanakan amanah itu dengan penuh tanggung jawab. Pada saat
melaksanakan amanah ini, al Fatih mendapatkan serangan dari Pasukan Salib di
Varna-Bulgaria. Terdesak karena masih minimnya jam terbang dalam menjalankan
pemerintahan, kemudian ia meminta ayahnya untuk turun membantunya, namun
ayahnya selalu menolaknya. Beberapa kali ia mengirim surat kepada ayahnya,
namun bantuan yang diharapkan tak kunjung datang. Akhirnya, al-Fatih menulis
surat kepada ayahnya yang isinya
Siapakah yang saat ini menjadi
sulthan Saya atau ayah?
Kalau ayahanda yang menjadi
sulthan, maka seharusnya seorang pemimpin berada di tengah rakyatnya dalam
situasi seperti ini
Kalau Saya yang menjadi
sulthan, maka sebagai pemimpin, saya perintahkan ayahanda sekarang juga untuk
datang kemari ikut memimpin pasukan membela rakyat.
Jiwa
pemberani untuk mengkoreksi pemimpin seperti yang pernah dilakukan al Fatih
perlu untuk kita adopsi, apalagi di saat para pemimpin di negeri ini tidak
menerapkan Syariat Islam, sering mendzolimi umat dan banyak yang bermaksiat
kepada Allah. Bukankah Rasulullah saw pernah bersabda :
سَيِّدُ الشُّهَدَاءِ حَمْزَةُ بن عَبْدِ الْمُطَّلِبِ وَرَجُلٌ قَامَ إِلَى إِمَامٍ جَائِرٍ ، فَنَهَاهُ وَأَمَرَهُ ، فقتلُه
“Pemimpin para syuhada adalah Hamzah bin Abdul
Muthalib, dan seseorang yang berdiri dihadapn pemimpin zhalim dan tidak adil,
lalu dia mengajak dan mencegahnya hingga ia dibunuh.” (Al-Hakim dan
At-Thabrani)
Ada yang berminat?
Catatan prestasi emas al Fatih
Keseriusan
al Fatih dalam mewujudkan cita-cita untuk menaklukkan konstantinopel juga
diikuti dengan berbagai catatan prestasi emasnya, diantaranya :
- Semenjak aqil baligh hingga meninggal dunia al Fatih tidak pernah meninggalkan sholat rowatib dan sholat tahajjud;
- Menjadi gubernur ibu kota daulah khilafah pada usia 21 tahun;
- Menguasai 7 bahasa pada usia 23 tahun;
- Membentuk Pasukan Inkisaria, sekitar 40.000 pasukan elit dengan program pelatihan terpadu sejak kecil dilatih fisik, akademis, strategi perang, ilmu ushul fiqh, dan semua disiplin ilmu lain. Setengah pasukan al-Fatih selalu melaksanakan tahajjud pada malam hari
- Pada tahun 1452 M, al Fatih membangun benteng Rumeli Hisari dengan tinggi 82 meter, dengan 5000 pekerja selesai dalam waktu 4 bulan
- Membuat The Great Turkish Bombard (first Supergun)
- Bersama pasukannya mampu memindahkan 70 kapal perang dari Selat Bosphorus menuju Selat Tanduk melalui Pegunungan Galata dalam waktu 1 malam dengan menggunakan tekhnologi yang ada pada waktu itu.
- Tepat pada hari Selasa tanggal 20 Jumadil Ula 857 H bertepatan tanggal 29 Mei 1453 M adalah “tanggal keramat” bagi bangsa Eropa karena pada tahun inilah al Fatih mendapat pertolongan dari Allah, berhasil mewujudkan bisyaroh nubuwah untuk menaklukan Konstantinopel setelah melewati 54 hari pertempuran dan 825 tahun penantian.
Khutbah meraih kemenangan
Sebelum
menaklukkan Konstantinopel, ada khutbah yang disampaikan al Fatih untuk selurh
pasukannya :
“Jika
penaklukan kota Konstantinopel sukses, maka sabda Rasulullah SAW telah menjadi
kenyataan dan salah satu dari mukjizatnya telah terbukti, maka kita akan
mendapatkan bagian dari apa yang telah menjadi janji dari hadits ini, yang
berupa kemuliaan dan penghargaan. Oleh karena itu, sampaikanlah pada para
pasukan satu persatu, bahwa kemenangan besar yang akan kita capai ini, akan
menambah ketinggian dan kemuliaan Islam. Untuk itu, wajib bagi setiap pasukan,
menjadikan syariat selalu didepan matanya dan jangan sampai ada diantara mereka
yang melanggar syariat yang mulia ini. Hendaknya mereka tidak mengusik
tempat-tempat peribadatan dan gereja-gereja. Hendaknya mereka jangan mengganggu
para pendeta dan orang-orang lemah tak berdaya yang tidak ikut terjun dalam
pertempuran”
Dari khutbah
diatas telah jelas bahwa al Fatih sadar bahwa kelak jika Ia berhasil
menaklukkan Konstantinopel, hal itu semata-mata hanya atas pertolongan dan izin
dari Allah SWT, bukan karena kemampuan strategi perang, kekuatan pasukan atau senjatanya.
Maka al Fatih berpesan: “Untuk itu, wajib bagi setiap pasukan, menjadikan
syariat selalu didepan matanya dan jangan sampai ada diantara mereka yang
melanggar syariat yang mulia ini.”
Wasiat dari al Fatih
Menjalani
hari-hari terakhirnya setelah diracun, Muhammad al-fatih merasaan kematian
mungkin akan segera datang. Ia telah lakukan apa yang ia bisa rasa bisa. Ia
telah jalani apa yang ia yakini mesti. Ia telah berikan apa yang ia anggap
punya. Ia tunaikan apa yang ia tahu itu menjadi tanggungjawabnya. Maka bila
takdir telah membuatnya berkuasa di usia muda dan harus membuatnya mati dalam
usia yang belum terlalu tua, hari itu ia merasa layak bicara. Bila ia harus
mencari alasan, mungkin hanya satu : ia telah bekerja.
Tiga puluh
satu tahun setelah dilaluinya dalam pegabdian, kerja, karya, yang luar biasa.
Bila kemudian di hari itu ia hendak bicara, itu sudah semestinya. Ia hendak
bicara atas apa yang telah dilakukannya, sebagai sebuah wasiat untuk anaknya
yang akan meneruskan kepemimpinannya. Maka kepada anaknya ia sampaikan wasiat:
“Aku sudah diambang kematian. Tapi aku berharap aku tidak kawatir, karena
aku meninggalkan seseorang sepertimu. Jadilah seorang pemimpin yang adil,
shalih dan penyayang. Rentangkan pengayomamu untuk rakyatmu, tanpa kecuali,
bekerjalah untuk menyebarkan islam. Karena sesungguhnya itu merupakan kewajiban
para penguasa di muka bumi. Dahuluklan urusan agama atas apapun urusan lainnya.
Dan janganlah kamu jemu dan bosan untuk terus menjalaninya. Janganlah engkau
angkat jadi pegawaimu mereka yang tidak peduli dengan agama, yang tidak
menjauhi dosa besar, dan yang tenggelam dalam dosa. Jauhilah olehmu bid’ah yang
merusak. Jagalah setap jengkal tanah islam dengan jihad. Lindungi harta di
baitul maal jangan sampai binasa. Janganlah sekali-kali tanganmu mengambil
harta rakyatmu kecuali dengan cara yang benar sesuai ketentuan islam. Pastikan
mereka yang lemah mendapatkan jaminan kekuatan darimu. Berikanlah
penghormatanmu untuk siapa yang memang berhak.”
“Ketahuilah, sesungguhnya para ulama adalah poros kekuatan di tengah tubuh
negara, maka muliakanlah mereka. Semangati mereka. Bila ada dari mereka
yang tinggal di negeri lain, hadirkanlah dan hormatilah mereka. Cukupilah
keperluan mereka.”
“Berhati-hatilah, waspadalah, jangan sampai engkau tertipu oleh harta
maupun tentara. Jangan sampai engkau jauhkan ahli syari’at dari pintumu. Jangan
sampai engkau cenderung kepada pekerjaan yang bertentangan dengan ajaran islam.
Karena sesungguhnya agama itulah tujuan kta, hidayah itulah jalan kita. Dan
oleh sebab itu kita dimenangkan.”
“Ambilah dariku pelajaran ini. Aku hadir ke negeri ini bagaikan seekor
semut kecil. Lalu allah memberi nikmat yang besar ini. Maka tetaplah di jalan
yang telah aku lalui. Bekerjalah untuk memuliakan agama islam ini, menghormati
umatnya. Janganlah engkau hamburkan uang negara, berfoya-foya, dan
menggunakannya melampaui batas yang semestinya. Sungguh itu semua adalah
sebab-sebab terbesar datangnya kehancuran.”
Itulah
wasiat al-Fatih. Ia telah mencatatkan tinta emas dalam sejarah dan mengukir
prestasi yang insya Allah layak dibanggakan dihadapan Allah SWT dengan
membuktikan pada dunia melalui usaha yang nyata. Kini tinggal kita wahai
Saudaraku, yang akan merealisasikan hadits Rasulullah SAW “….tsumma takuunu
khilafatan ‘ala minhajin nubuwwah” dengan fikrah Islam dan thoriqah Rasulullah
sebagai senjata kita, akan segera kita taklukkan atas izin Allah, ideologi
Kapitalis yang saat ini sebagai benteng kuat di benak seluruh penguasa kaum
muslim, dan kita dirikan diatas puing-puingnya Negara KHILAFAH ISLAMIYAH!!!
ALLAHU AKBAR!!!
Wallahu
a’laam bishowab.
WASSLAMU’ALAIKUM WR. WB
0 komentar:
Posting Komentar